#PostinganBerkah
Kisah
Kepahlawanan dari Afghanistan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Kita sekarang bersama bangsa Afghan
yang telah memberi banyak contoh tentang kepahlawanan. Suatu kepahlawanan yang
belum pernah terjadi dalam lembaran tarikh islam selama lima abad terakhir ini.
Sesungguhnya pengorbanan yang telah diberikan bangsa Afghan, secara keseluruhan
tidak dapat disamakan dengan jihad dan perang bangsa-bangsa Islam pada
abad-abad terakhir ini.
Saya belum pernah melihat kesabaran
yang melebihi kesabaran mereka. Saya tidak pernah melihat bangsa yang lebih perkasa
daripada jiwa mereka. Dan saya tidak pernah melihat bangsa muslim mukmin
seperti mereka, yang tidak mau menundukkan kepala mereka kecuali kepada Rabbnya
bumi dan langit.
Mereka tidak mempunyai persediaan
makanan untuk kehidupan sehari-hari. Ada orang Arab yang kaya meminang anak
gadis mereka. Namun mereka menolak menikahkan anak gadis mereka, khawatir hal
itu mencemarkan harga diri mereka. Sehingga jangan sampai ada yang mengatakan
bahwa mereka menikahkan anak gadisnya pada masa kesulitan kepada orang-orang
kaya.
Mereka mengisahkan kepada saya tentang
seorang perempuan dari Propinsi Kandahar. Mereka mengatakan bahwa perempuan tua
tersebut datang kepada Mujahidin dan melapor : “Sesungguhnya anak lelakiku
berkomplot bersama pemerintah komunis untuk menyerang kalian. Dia pergi ke
Kandahar untuk menunjukkan tempat berlindung kalian dan kamp-kamp kalian.
Karena itu susul dan tangkaplah dia!”
Kemudian mujahidin mengejar anak
perempuan tua tersebut dan berhasil menangkapnya. Setelah itu mereka bawa ke
markas dan kemudian mereka kirimkan lelaki tersebut kepada ibunya. Mujahidin
berkata: “Ini anak lelakimu, lalu apa yang harus kami perbuat dengannya?”
“Ikatlah kedua kaki dan lengannya dan beri aku pisau yang tajam.” Jawabny. Maka
mereka memberi dia, mereka memberi sebuah pisau. Kemudian perempuan tua itu
berkata kepada anak lelakinya : “Ingatlah kamu pada hari di masa engkau mencaci
Rasulullaah SAW di depanku? Maka saat ini saya akan membalas dendam bagi
Rasulullaah SAW terhadapmu wahai kafir !!” Kemudian dia menyembelih anak
lelakinya dengan tangan sendiri.
Belum pernah kudengar, belum pernah
kudengar dalam sejarah bahwa seorang perempuan tega membunuh anaknya demi
menegakkan prinsipnya. Kita telah mendengar tentang para sahabat (Semoga Allah
meridlai mereka semua) bahwa mereka membunuh ayah mereka sendiri. Akan tetapi
kita belum pernah mendengar ada seorang perempuan yang membunuh anaknya dengan
tangannya.
Beberapa hari yang lalu datang tiga
puluh wanita dari sebuah desa di Afghanistan. Rusia tidak menyisakan penduduknya
kecuali tiga puluh wanita ini. Yang lainnya, mereka bantai habis. Di sebuah
desa Propinsi Logar, kaum komunis Afghan menyembelih empat puluh tiga orang
yang terdiri para lelaki jompo, ulama, kaum wanita, dan anak-anak, kemudian
jenazah tersebut mereka tuangi minyak tanah dan kemudian mereka bakar pada hari
Iedhul Adha atau beberapa hari sebelumnya. Dalam pembantaian itu ada anak
laki-laki berusia dua belas tahun bersembunyi di bawah tempat tidur.
Orang-orang rusia masuk ke dalam rumah dan menggeledah isi dalamnya. Secara
kebetulah mereka mendapati mushaf al qur`an, lantas Mushhaf tersebut dibanting
dengan keras sebagai penghinaan atasnya.
Tiba-tiba anak yang bersembunyi tadi
bergerak dari bawah tempat tidur dan keluar ke depan Rusi yang membanting tadi
dan memegang erat Mushhaf tersebut diantara kedua tangannya. Lantas dia
berkata: “Ini adalah kitab Rabb kami, kitab ini adalah kemuliaan kami dan
syi`ar kami.: “Buang kitab itu!” Perintah Syethan tersebut. Maka dia menjawab:
“Meski engkau potong-potong diriku, demi Allah aku tidak akan melepaskannya
dari tanganku.” Karena penghormatan anak tersebut kepada agama ini, maka si
Rusia pun menghormati anak tersebut. Lantas dia sembelih semua yang ada di
rumah dan membiarkan anak tersebut tetap hidup.”
Kita membicarakan orang-orang Afghan,
mengenai yang negatif-negatif serta yang jelek-jelek saja. Adapun
kemuliaan-kemuliaan mereka dan kelebihan-kelebihannya kita kesampingkan begitu
saja. Kita tidak berbicara kecuali tentang perselisihan yang terjadi di Peshawar,
kita tidak berbicara kecuali tentang perselisihan si Fulan dengan si Fulan. Si
Fulan mengambil sekian, dan si Fulan berdusta dalam hal demikian. Masuklah
kalian ke dalam medan pertempuran dan lihatlah apa yang sedang dilakukan
mujahidin? Kemudian setelah itu putuskanlah, apakah kalian mampu hidup sebulan
saja sebagaimana kehidupan mereka? Sesungguhnya kalian tidak mampu mengerjakan
yang demikian itu.
Betapa banyak rumah tangga yang tidak
tersisa didalamnya kecuali seorang anak kecil saja. Ibu-ibu dibunuh,
bapak-bapak dibunuh, pemuda-pemudi disembelih dan yang lain hilang di bawah
reruntuhan tanah akibat bombardir pesawat tempur musuh. Perkara-perkara ini
tidak disebarkan beritanya di dunia Islam, akan tetapi justru perselisihan yang
terjadi antara dua atau tiga orang yang hidup di Peshawar lah yang banyak
disebarkan. Padahal Mujahidin meninggalkan lembaran-lembaran sejarah yang
bersinar. Lembaran yang membuat sejarah umat manusia dengan pengorbanan darah,
nyawa dan tulang belulang.
Saya nasehatkan kepada kalian, sekali
lagi saya nasehatkan kepada kalian. Jika kalian ingin turut andil bersaham
dengan saha, bagi kita, fardlu ain bagi setiap muslim di muka bumi sekarang ini
untuk mengangkat senjata melawan penguasa-penguasa lalim di muka bumi, fardlu
ain bagi setiap muslim di muka bumi ini untuk berdiri di sisi orang-orang
Afghan. Jika engkau tidak mengangkat senjata di Afghan, maka berperanglah di
lain tempat. Tidak ada alasan bagi seseorang, seperti ucapan Abu Thalhah ra :
“Allah tidak mau mendengar udzur seseorang.”
Saya
nasehatkan kepada kamu sekalian jika ingin berkhidmat untuk jihad Afghan, maka
:
Pertama : Janganlah kalian
mentransfer perpecahan kalian dan perselisihan kalian di dunia Arab ke bumi
Afghan. Cukuplah mereka menghadapi musibah, problema-problema serta
perselisihan diantara mereka sendiri. Tanah ini adalah bukan tanah kita, dan
kawasan ini bukan kawasan kita. Saya mengira bahwa hati kalian menyukai
membantu jihad Afghan, maka hendaklah kita mengangkat tinggi syi`ar ini, dan
hendaknya kita semua menyatukan pandangan di atas syi`ar tersebut, yakni
“BERKHIDMAT KEPADA JIHAD”. Adapun perselisihan kecil diantara kita, yakni
khilaf dalam cabang-cabang fiqh (masalah furu`iyah) atau perselisihan dalam hal
cara pengalaman, apakah diambil dari madzhab ini atau dari madzhab itu, maka
perkara-perkara ini harus dikesampingkan di medan perang ini.
Apakah kita menggerakkan ujung jari
kita (dalam duduk tahiyyat) atau tidak, mengangkat tangan sesudah takbir ketika
hendak ruku` dan sesudah ruku` dan ketika mau sujud atau tidak. Mengeraskan
bacaan amin atau tidak. Si Fulan berasal dari tanzhim pimpinan Islam yang baik
atau tidak, si Fulan dari negeri Arab sebagai imam atau individu.
Buanglah ini jauh-jauh dan
kesampingkanlah. Sudah cukup penderitaan dan problema yang ada di medan ini,
jangan kita tambah dengan keruwetan-keruwetan yang lain. Dan hendaknya kita
semua bertemu untuk saling tolong-menolong di atas perkara yang telah sama-sama
kita sepakati. Kita sepakat bahwa kedatangan kita kesini untuk membantu jihad,
untuk saling tolong-menolong dalam rangka berkhidmat kepada jihad. Maka dari
itu, hendaklah kita perlu saling memaklumi terhadap obyek perselisihan.
Janganlah kalian saling berbisik-bisik, saling intip-mengintip, saling kerjap
mengerjap, janganlah kalian saling berbicara rahasia.
“Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu adalah dari syaithan, supaya orang-orang beriman itu
berduka cita”
(QS 58:10)
Semua orang yang sampai ke tempat ini,
lebih dari sembilan persepuluhnya datang dengan niat dan motif yang baik.
Datang untuk turut serta dalam jihad. Dan sebagian mereka tidak dapat datang
karena terputusnya jalan (tak punya biaya). Masalah dunia terbentang luas di
hadapan mereka. Disamping itu, mereka dinegerinya atau di negeri mahjar
sekalipun hidup serba kecukupan dan terhormat. Bekerja sebagai pegawai atau
belajar di perguruan-perguruan. Mereka tinggalkan itu semua dan datang untuk
berkhidmat kepada jihad. Inilah yang menjadi dasar pernilaian saya dan saya
tidak peduli dengan kekeliruan mereka sepanjang masih dapat ditoleransi.
“Tiadalah Rasulullaah SAW mengumpulkan
manusia yang rela berkorban demi membela dien ini melainkan dengan mizan
kebaikan dan kesalahan. “Tidakkah engkau tau wahai `Umar bahwa dia ikut serta
dalam peperangan Badar. Boleh jadi Allah telah melihat (hati) para ahli Badar,
lalu Dia berfirman: “Lakukanlah sekehendak kamu, sesungguhnya Aku telah
memberikan ampuanbagimu”(HR Shahih Bukhari – cuplikan).
Ketika diketahui bahwa Ibnu Abu
Balta`ah mengirim surat kepada kaum musyrikin Quraisy tentang rencana Nabi SAW
menyerang mereka maka `Umar bangkit dari tempat duduknya dan berkata lantang:
“Izinkanlah saya ya Rasulullaah, memenggal leher orang ini. Sungguh dia telah
nifak,” Sabda beliau: “Tidakkah engkau tahu hai `Umar bahwa dia ikut serta dalam
perang Badar?” Sungguh Rasulullaah SAW telah memilih amal terbaik dari sahabat
ini sebagai dasar pertimbangan untuk meredam gejolak kemarahan dalam hati `Umar
dan para sahabat.
Para sahabat telah telah menyebar
kemana-mana, dan semua orang yang mengikuti tidak berselisih dengan pengikut
yang lain. Semua membawa riwayat dari riwayat-riwayat Al Qur`an dan huruf dari
huruf-hurufnya (dialek dalam alQur`an), kendati demikian semuanya ikut serta
perang Yarmuk, dan dalam penaklukan negeri yang kita injak ini (Afghanistan).
Semuanya, para pengikut Hudzaifah, penduduk Syam, pengikut Al Auza`i, penduduk
Kufah dan penduduk Bashrah, semuanya dengan qira`at mereka yang berbeda-beda,
dengan imam yang berbeda, semuanya satu pasukan di bawah satu qiyadah dan
bertemu dalam satu tujuan, yakni berperang untuk meninggikan kalimatullah.
Untuk itu marilah kita tinggikan syi`ar. Sesungguhnya kita datang untuk
berkhidmat kepada jihad.
Sementara kita ini, setelah tinggal di
Peshawar seminggu atau dua minggu berubah menjadi seorang pengamat politik dan
ahli kemasyarakatan, memutuskan hukum begini, mengeluarkan fatwa begitu,
menjatuhkan si anu, memperingatkan orang dari perbuatan si anu, namun sampai
sekarang, belum satupun peluru yang dia bidikkan di jalan Allah `Azza wa Jalla.
Dan dia tidak tahu bahwa orang yang dia lihat didepannya itu telah menapak di
atas jalan yang penuh kepedihan, darah, dan air mata selama belasan tahun.
Marilah kita beretmu di dalam syi`ar
“Kami ingin berkhidmat kepada Jihad.”, dan marilah kita bertemu dalam syi`ar
lain “Meninggalkan perselisihan”, tolong-menolong dalam masalah pokok dan
meninggalkan perselisihan dalam masalah furu`iyah. Kita semua datang untuk
berkhidmat kepada dien ini dan keluar dari negerinya berhijrah kepada Allah
`Azza wa Jallah.
“Barangsiapa
keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya,
kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi
Allah.”
Hatta seandainya kamu tidak mati dalam
peperangan, asal kamu keluar berhijrah di jalan Allah, dan kamu mati di
Peshawar, maka pahalamu telah tetap di sisi Allah. Maka dari itu janganlah kamu
hapus pahala yang engkau dapat dengan memakan daging manusia, karena daging
manusia itu beracun menurut kata-kata Ibnu `Asakir. Untuk itu jangan sampai
engkau bertemu Allah, sedangkan lisanmu menetaskan darah dari darah manusia
yang engkau hisap. Jangan sampai engkau bertemu Allah, sementara daging
saudara-saudaramu berada di antara kedua gigimu. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW dalam suatu riwayat, ada disebutkan dalam atsar. “Demi Allah, sesungguhnya
aku melihat dagingnya berada di antara kedua gigi depan kalian berdua.” Yakni
ketika dua orang sahabat mengatakan sesungguhnya hamba in celaan, lalu beliau
bersabda: “Sungguh kalian berdua telah makan daging sahabat kalian. Dan
sesungguhnya aku, demi Allah, melihat dagingnya berada di antara kedua gigi
depan kalian.”
Kedua: Kita bertemu untuk
berkhidmat kepada jihad. Dan masing-masing bekerja dibidangnya sendiri-sendiri.
Masing-masing dimudahkan untuk beramal sesuai dengan apa yang telah ditentukan
baginya. Sebagaimana kalian semua tidak membuat penilaian atas penguasa di
negeri kalian (dan tidaklah penguasa di negeri kalian itu lebih baik dari para
pemimpin jihad), maka yang demikian itu tidak selayaknya kita menilai pemimpin
jihad tersebut dengan pengamatan dan wawasan politik kita.
Ketiga: Kita bermaksud
memperhitungkan kebaikan kaum dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita
bermaksud mengambil hal-hal positif yang membangkitkan harapan dalam hati. Dan
betapa banyaknya hal-hal yang positip itu, dan betapa sedikitnya hal-hal yang
negatif itu. Maka janganlah kalian sibuk menghitung-hitung aib kaum muslimin.
“Wahai
segenap orang yang hanya beriman di bibir, sedangkan iman belum merasuk ke
dalam hatinya. Janganlah kamu sekalian menggunjing kaum muslimin dan jangan
pula mencari-cari aurat saudaranya muslim. Karena sesungguhnya barangsiapa
mencari-cari aurat saudaranya muslim, maka Dia akan menelanjangi auratnya itu
meski di dalam rumahnya sendiri.” (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 7984)
Jangan sampai kaliam berbuat sesuatu
yang menjadikan Allah mempunyai alasan yang nyata untuk mencari-cari aurat
kalian dan membuka aib kalian serta menelanjangi dan membuat malu kalian
meskipun di dalam rumah kalian sendiri.
Tiga point, yang kita bertemu,
bersepakat dan tolong-menolong atasnya: Pertama, kita lupakan perpecahan
dan perselisihan kita di dunia Arab, dan kita campakkan perpecahan dan
perselisihan itu di bumi Afghan ini. Kedua, kita datang untuk salilng
tolong-menolong dalam jihad dan saling memaafkan terhadap apa yang menjadi
perselisihan kita. Ketiga, menyebarkan hal-hal yang positif dan yang
baik serta berdiam diri dari aib dan hal-hal yang buruk. Dan jangan memalingkan
manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar hendak
menyesatkan orang lain dengan nafsu mereka.
“Dan
sesungguhnya ada ucapan yang keluar dari mulut seseorang tanpa disadarinya,
bahwa karena ucapannya itu ia terperosok ke dalam neraka jahanam.” (HR Bukhari)
Berapa banyak pemuda yang datang ke
sini dengan penuh semangat untuk berjihad, kemudian kalian palingkan dia dari
jalan Allah dengan ucapan kalian? Berapa banyak pemuda yang sampai di bumi
Afghan, kemudian mereka kembali ke negerinya dengan rasa sesal lantaran
banyaknya apa yang kalian tanamkan dalam hati mereka berupa keburukan-keburukan
yang telah kalian hafal, kalian kumpulkan, dan tak sedikitpun darinya yang kau
lupakan! kamu sekalian menyangka dengan perbuatan itu telah berbuat kebaikan
memalingkan manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka. Sibukkanlah diri
kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian.
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Dia ilhamkan kepada mereka
untuk beramal.”
“Dan
tiada tersesat suatu kaum yang telah mendapatkan petunjuk kecuali sesudah
mereka saling debat mendebat” (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 5633)
Saya
cukupkan sekian dulu, saya mohon kepada Allah semoga mengampuniku dan
mengampunimu. Wahai hamba-hamba Allah, beristigfarlah kamu sekalian kepada
Allah.
Sumber: http://www.arrahmah.com/read/2012/01/17/17463-syaikh-abdullah-azzam-rahimahullah-dakwah-dan-pengorbanan.html (dengan pengubahan seperlunya)
0 komentar:
Posting Komentar
Sampaikan aspirasi anda demi kemajuan dakwah kami..